Kembali. Mencoba meluangkan waktu untuk menulis setelah beberapa temanku mengeluh akan jarak waktu tulisanku yang terkesan cukup lama. Mencoba memenuhi keinginan beberapa orang, yang mungkin, menikmati tulisan-tulisan ringan tanpa arti ini.
Beberapa waktu lalu, Aku mendapatkan saran dari teman yang membaca beberapa tulisanku sebelumnya. Selalu terkesan dalam, sedih, putus asa, katanya. Overthinking, untuk tulisan terakhirku. Ada beberapa yang menantangku untuk membicarakan hal yang ceria, penuh kebahagiaan, penuh cinta. ‘Cinta’. And here I am, talking about ‘Love’.
Love. Cinta. Sayang. Dicintai atau mencintai. Hal yang tidak terlihat namun dapat dirasakan. Terkadang, membuat hari menjadi cerah dan terasa sangat bahagia. Namun terkadang, membuat hari menjadi lebih gelap dan tidak bergairah. Terkadang membuat detak jantung semakin berdetak cepat, namun kadang, membuat cukup sulit bernapas. Ya, itulah Cinta. Abu-abu. Tak dapat dinilai. Tak dapat ditakar. Tak dapat ditebak maupun dikendalikan.
Aku bukanlah orang yang ahli dalam hal ini. Pernah tersakiti, dan mungkin, menyakiti. Pernah dicintai, dan mencintai. Pernah menyaksikan bagaimana ‘Cinta’ mampu mengubah kehidupan seseorang, yang kadang menjadi lebih baik, namun kadang, menjadi jauh lebih terpuruk. Ya, itu telah terjadi padaku, orang di sekitarku, dan mungkin, Kau.
Dicintai atau mencintai? Mana yang lebih baik? Dua kata kerja dengan makna yang sangat bertolak belakang. Ada beberapa orang yang dapat menjawab pertanyaan sulit ini dengan cepat, namun tidak untukku. Menurutku, tidak ada yang lebih baik. Dicintai atau mencintai adalah kata kerja yang dilakukan oleh satu individu. Bukan dua. Ya, kau bisa menyebutnya, satu arah. Bukankah cinta adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh dua individu? Bukankah yang ada harusnya adalah ‘saling mencintai’?
Aku tau, ‘saling mencintai’ bukan hal yang mudah untuk terjadi. Memiliki perasaan yang sama dengan orang yang mencintai diri kita. Bertemu dengan seseorang yang mampu mengerti perasaan, pikiran, sifat, yang sangat beragam setiap individunya. Memiliki perasaan yang sama dengan orang yang mencintai diri kita. Lalu pertanyaan yang akan timbul adalah, “Apakah besar cinta yang kita berikan kepada seseorang dapat sama dengan besar cinta yang diberikan kepada kita?”
Kembali ke pernyataanku sebelumnya, Cinta adalah hal yang abu-abu. Aku tau akan banyak pertanyaan yang muncul dari topik ini. Setiap orang memiliki jawaban, perspektif dan pendapat masing-masing. Kau mungkin punya pandangan yang berbeda denganku. And it’s okay. Aku tak dapat menilai rasa cinta yang pernah atau sedang kau rasakan. Pengalaman yang kau punya pastinya berbeda denganku.
Namun yang pasti, ekspresikanlah. Beri tahu dia, orang yang kau cintai, utarakan yang kau rasakan. Tak peduli apapun yang dia rasakan kepadamu. Aku tahu itu bukan hal yang mudah. Namun percayalah, dengan begitu, kau ‘mungkin’ dapat lebih merasa tenteram, damai, rahayu, tenang.
“Express, tell, and show it, love is beautiful”
luv!
ReplyDeleteBagusss Chan!!😁 Katakan, dan itu dapat 'sedikit' mengurangi rasa penasaran kita trhdp jawaban itu sndri.. Terlepas itu respon baik/buruk.. Let it go!☺️
ReplyDeletePujangga sekali ya
ReplyDeleteWorth to read!
ReplyDeleteGreat to read this,...thank u chan
ReplyDeleteKeep writing dude!
ReplyDeleteKalo ditolak entar sedih, gimanaaa?
ReplyDeleteNice!
ReplyDeleteCinta pernah hampir merubah kehidupan seseorang. YA!!! Dan semua itu karena KAMU. Ya KAMU!!!
ReplyDeleteLove is something that everybody looking for.
ReplyDeleteLove is strenght as well as weekness.
Love is comforting as well as unsettling.
Love increases immunity but we don't have immunity against it.
Loving is an extraordinary choice.
Being loved is an extraordinary gift.
But loving and being loved by the same person is everything.🤓